Cuplikan Podcast di Channel Youtube Raditya Dika bersama Lutfi Afansyah
Pernah dapet DM dari brand yang bunyinya, “Halo kak punten, izin Jump in ya🙏”? Kalau iya, kamu nggak sendirian! Kalimat seperti ini ternyata sudah menjadi salah satu contoh tren gaya komunikasi yang lagi sering dipakai brand atau agency ketika berbicara dengan KOL (Key Opinion Leader) atau influencer dan sudah dibahas oleh Lutfi Afansyah, konten kreator Tiktok yang membesarkan gaya komunikasi agency dalam podcast Raditya Dika di youtube.
Gaya bahasa seperti ini terdengar lebih soft, ramah, dan bisa juga dibilang terlalu akrab seolah-olah brand tersebut ingin “masuk” ke dalam ruang personal di kreator instead of datang sebagai entitas bisnis. Tapi sebenernya ini gaya komunikasi yang tepat nggak sih untuk strategi digital marketing?
Dari Corporate ke “Hai kak, Punten Izin Jump In🙏”
Beberapa tahun lalu, email atau pesan dari brand biasanya menggunakan gaya bahasa korporat yang sangat formal. Contohnya :
“Dengan hormat, kami dari [Brand] ingin menawarkan kerjasama dalam bentuk bla bla bla…” Namun di Era Digital 4.0 gaya bahasa seperti itu sering dianggap dingin dan kaku.
Sekarang masuklah tren baru dengan gaya komunikasi soft, playful, dan terkesan friendly. Tapi gaya ini bukan tanpa risiko. Gaya ini mungkin bisa terlihat relate dan ringan, namun juga berpotensi tidak profesional kalau kamu tidak menggunakan takaran yang pas.
Kenapa ya Beberapa Brand/Agency Merubah Gaya Komunikasi?
1. Target audiens makin muda dan santai
Beberapa brand sadar bahwa anak muda atau sebagian kita sebut dengan Gen-Z sekarang lebih nyaman dengan gaya komunikasi kasual. Jadi kebanyakan mereka menyesuaikan tone biar tidak terlihat “jauh”.
2. Pendekatan yang terasa lebih manusiawi
Brand bukan hanya sekedar produk, namun juga persona. Jika mereka bisa terasa seperti “teman ngobrol”, engagement bisa naik.
3. Citra digital-first
Apalagi di platform seperti Tiktok, gaya komunikasi yang terlalu formal sering kali dianggap “nggak ngerti dunia digital”.
Gaya Komunikasi Ini Efektif Nggak Sih Untuk Digital Marketing?
🚀 Sisi Positif :
- Dapat membangun hubungan lebih awal yang lebih cair dengan kreator.
- Cocok untuk brand yang positioning-nya fun, youth-centric, atau lifestyle.
- Membuat terasa lebih approachable.
🚀 Sisi Negatif :
- Terlihat kurang profesional jika konsteksnya salah.
- Menimbulkan kebingungan pada kreator, apakah ini benar dari pihak brand atau hanya iseng.
- Tidak semua audiens cocok dengan gaya yang terlalu santai.
Tips Untuk Sebuah Brand & Seorang Digital Marketer
✅ Tetap sesuaikan tone berbicara dengan persona brand yang sedang kamu handle. Kalau brand-nya high-end atau luxury, gaya “huhu” bisa bikin blunder.
✅ Lihat terlebih dahulu gaya komunikasi si KOL. Jika mereka terbiasa profesional, sebaiknya jangan mencoba menjadi terlalu nyeleneh.
✅ Setelah menggunakan pembuka yang kasual, jangan lupa tetap sertakan informasi jelas dan lengkap mengenai brief, budget, dan timeline kerjanya.
Akrab Boleh, Tapi Ingat Jangan Kebablasan 😉
Tren gaya komunikasi agency yang sedang viral seperti “Izin Jump In ya kak huhu” bisa jadi pintu masuk yang ringan dalam strategi digital marketing. Tapi tetap.. jangan lupa strategi tanpa relevansi dan profesionalitas bisa bikin reputasi brand jadi taruhan.
Baca juga : 4 Alasan Penting mengapa Digital Marketing Penting Untuk Bisnis Kamu